gerejakatolikcepu

gerjakatolikcepu

Jumat, 21 Mei 2010

gerjakatolikcepu

PROFIL PAROKI ST.WILLIBRORDUS CEPU DARI STASI MENUJU KEVIKEPAN CEPU

Berdiri dan Sejarah Karya kerasulan Paroki St. Willibrordus Cepu

Gereja Katolik Cepu hidup, tumbuh dan berkembang dengan perubahan sesuai perkembangan masyarakat sekitarnya. Persekutuan umat beriman di Cepu telah menapaki usia yang tidak muda lagi.
Gereja katolik Cepu memiliki sejarah panjang, sejak stasi jauh, paroki Gedangan Semarang pada tahun 1912, kemudian berpindah secara administrasi menjadi stasi Paroki Santa Perawan Maria Kepanjen Surabaya dan kemudian berdiri sendiri sebagai Paroki dibawah Keuskupan Disoses Surabaya.

Masa dibawah Paroki St. Yusup Gedangan Semarang

Perjalanan hidup persekutuan umat Katolik tidak bisa dilepaskan dari sejarah dan perkembangan paroki Santo Yusup Gedangan Semarang. Pada tahun 1816 Paroki Santo Yusup Gedangan meliputi jawa tengah, daerah madiun jawa timur serta Cianjur dan Indramayu di Jawa Barat dengan umat sebagian besar warga prajurit Belanda dan pengurus perkebunan. Pada masa itu Paroki Gedangan dilayani oleh pastor-pastor dari Belanda dan kemudian digantikan oleh imam Jesuit sekitar tahun 1858.
Umat Katolik di Paroki Gedangan semakin berkembang pesat mulai melebarkan sayapnya ke daerah timur meliputi : Blora, Cepu, Bojonegoro, Doplang, Ledok dan Nglobo. Tercatat antara 1908 - 1926, sudah berlangsung kunjungan - kunjungan rutin dari imam - imam jesuit dari Gedangan, bahkan tercatat dua kali Vikaris Apostolik Batavia, Mgr.E.S. Luypen,SJ, menerimakan sakramen krisma di Cepu pada tahun 1912 dan 1917. Tercatat pula pada rentang tahun 1912 - 1932 di buku Baptis Paroki Gedangan sebanyak 103 orang di baptis di Cepu dilakukan oleh 5 orang imam Jesuit.

Masa dibawah Paroki Santa Perawan Maria Kepanjen Surabaya dan Perubahan menjadi Paroki

Sejak awal tahun 1932 Cepu menjadi pusat stasi dari Paroki Santa Perawan Maria Kepanjen Surabaya yang meliputi Rembang/Lasem, Blora, Bojonegoro, Tuban, Babat dan Lamongan. Umat Cepu semakin bertambah dengan kedatangan pekerja - pekerja yang berasal dari klaten, Ambarawa, Yogyakarta, Magelang dan daerah lain. Karena jumlah umat yang semakin besar maka keberadaan bangunan gereja dirasa menjadi suatu kebutuhan, kemudian dilakukan konsultasi serta persiapan seperti pengumpulan dana. Perusahaan minyak BPM banyak berperan dalam pembangunan Gedung Gereja ini yang dimulai tahun 1930 dan pekerjaan konstruksi dalam pengawasan Tuan C. Mooy dari BPM bagian Teknik Sipil. Pemberkatan Gereja oleh Mgr. Van Velsen, SJ. Perfektor Apostolik Batavia pada tanggal 20 mei 1931.
Pada tanggal 15 September 1932 Cepu berdiri sebagai paroki dibawah kegembalaan pastor G. Ravestijn,CM, masuk wilayah Keuskupan Dioses Surabaya dengan Uskup Mgr. J. Klooster, CM. Tanggal 15 September inilah yang akhurnya digunakan sebagai peringatan Hari Ulang Tahun Paroki Santo Willibrordus Cepu.
Dalam masa perkembangan dibawah kegembalaan RD. Siprianus Yitno jumlah umat yang terdiri dari 6 wilayah, 21 Lingkungan serta stasi yang jumlah secara keseluruhan kurang lebih 667 KK dan jumlah umat kurang lebih 1841 jiwa (sensus penduduk tahun 2009). Perjalanan panjang masih dan akan dilalui paroki St. Willibrordus Cepu. Dari stasi menuju paroki hingga menjadi pusat yang biasa disebut dengan Kevikepan. Kevikepan Cepu yang meliputi Paroki Bojonegoro, Tuban, Rembang,dan Blora.